What is this? From this page you can use the Social Web links to save Insentif untuk Peneliti to a social bookmarking site, or the E-mail form to send a link via e-mail.

Social Web

E-mail

E-mail It
August 15, 2008

Insentif untuk Peneliti

Posted in: Tulisan

TAJUK RENCANA

Kamis, 14 Agustus 2008 | 00:16 WIB

Insentif untuk Peneliti

Harapan agar insentif bagi peneliti tidak disempitkan ke urusan gaji perlu kita garis bawahi. Insentif perlu menyentuh fasilitas penunjang dan anggaran penelitian.

Mengutip Ketua Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Umar Anggara Jenie, idealnya anggaran penelitian sebesar 4 persen dari pendapatan domestik bruto. Indonesia sekitar 0,1 persen, Malaysia 0,7 persen.

Anggaran itu ideal. Ada aturan yang mewajibkan paling sedikit 1 persen APBD untuk riset. Dana itu digunakan untuk membangun litbang dan SDM. Kenyataannya budget pemerintah untuk kegiatan keilmuan dan teknologi terus menurun. Kini tinggal 0,01 persen.

Menurut Zuhal dalam buku Kekuatan Daya Saing Indonesia (2008), selain faktor anggaran di Indonesia, ada masalah yang tidak kalah penting, yakni membangkitkan kebutuhan masyarakat akan ilmu pengetahuan, penelitian, dan pengembangan.

Kita sependapat. Mengubah paradigma tentang perlunya hasil penelitian, yakni menempatkan data sebagai bahan perumusan kebijakan dan keputusan strategis. Realisasi dana, ideal 4 persen misalnya, merupakan kelanjutan. Alih-alih kesadaran tentang perlunya penelitian, apalagi berharap penganggaran yang memadai.

Pemanfaatan data untuk keputusan strategis semakin tinggi. Strategi bisnis menuntut data sebagai pelengkap pengambilan keputusan. Pentingnya lembaga penelitian dan pengembangan di kalangan bisnis dirasakan semakin mendesak, bahkan sebagai keharusan.

Perkembangan positif di kalangan swasta itu jauh sebelumnya sudah disadari pemerintah. Ada era di mana semua departemen harus dilengkapi lembaga litbang. Namun, karena kebijakan itu sebatas keputusan prinsip dan tidak dilandasi faktor kebutuhan, banyak lembaga litbang sekadar papan nama.

Kebanggaan seorang pekerja intelektual, tanpa mengecilkan pentingnya gaji dan reward finansial, terletak ketika hasil kerja mereka bermanfaat untuk masyarakat. Jenis penelitian pesanan atau penelitian murni—bedakan dengan penelitian ilmu-ilmu dasar—rasanya tidak relevan. Dikotomi itu lebih mengingatkan peneliti tidak sebagai ”peneliti tukang”, dan bukan soal kegunaan hasil penelitian.

Terbukti dari lomba-lomba ilmiah remaja, keberhasilan dalam arena olimpiade sains, dan temuan-temuan ilmuwan Indonesia yang dipatenkan di luar, kita tidak perlu kecil hati.

Masalahnya bagaimana mutiara-mutiara itu tetap terasah dan terawat baik. Kita hindarkan para peneliti terjerembab dalam putus asa ketika hasil penelitian tidak dihargai, ketika data yang mereka peroleh di lapangan dicampakkan begitu saja.

Yang mendesak ialah, bagaimana kita bisa mengubah paradigma tentang pentingnya data dan hasil penelitian, yang diharapkan mengarus pada perbaikan anggaran dan perbaikan kesejahteraan para pekerjanya. Benar, insentif jangan terjebak ke urusan gaji!


Return to: Insentif untuk Peneliti