Hermawan Kresno Dipojono

Ini kisah singkat mengenai bahasa dan orang Indonesia yang saya dengar selama berada di Jepang dalam waktu singkat. Universitas di mana saya berada menyelenggarakan kuliah atau kursus bahasa Indonesia bagi orang-orang Jepang dan siapa saja yang berminat. Dosen pengajar berpesan kepada para mahasiswa agar jangan berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia dengan orang Indonesia. Alasannya adalah karena sebagian besar orang Indonesia (yang berada di Jepang) tidak dapat menggunakan bahasa Indonesia dengan baik. Tentu saja saya terkejut mendengar ceritera ini. Namun setelah merenung sejenak saya dapat memahami pesan dari Dosen pengajar tersebut. Saya bukan ahli bahasa, namun saya merasakan bahwa perkembangan bahasa Indonesia untuk komunikasi oral memang luar biasa. Perkembangan tersebut dipercepat dengan hadirnya telepon selular (HP). Alangkah banyaknya kata-kata baru yang sering kali memerlukan waktu sejenak untuk memahami maksudnya. Juga tidak kalah pentingnya peran papan-papan iklan yang tidak kalah genitnya dalam menggunakan kata-kata yang tidak mengikuti ketentuan baku dalam berbahasa yang baik. Jika bahasa menunjukkan identitas suatu bangsa, gejala apakah yang sedang berkembang di bangsa ini?

Share This

Pada tanggal 6 - 8 Agustus 2008 Kelompok Keahlian Teknik Fisika merencanakan akan mengadakan workshop Asia Computational Material Design (Asia CMD). Dalam workshop ini akan diajarkan penggunaan sejumlah perangkat lunak publik (open source) yang dapat digunakan untuk rancang bangun material di tingkat atom. Pengajar terdiri atas tim ahli dari Universitas Osaka dan ITB. Di samping di Indonesia (ITB), Asia CMD juga mengadakan kegiatan sejenis di Jepang (Kyoto), dan Filipina (De La Salle).  Walaupun kegiatan tersebut akan merupakan yang pertama diselenggarakan di ITB namun kegiatan Asia CMD telah dimulai sejak 6 (enam) tahun yang lalu di Kyoto. Kegiatan ini telah berlangsung secara periodik, 2 kali dalam setahun, di Jepang. Tahun 2008 akan merupakan tahun pertama kegiatan Asia CMD diselenggarakan di Indonesia. Informasi lebih rinci dapat dilihat di http://cmdqe.tf.itb.ac.id atau di http://computational-material.engineering.co.id Peserta dibatasi jumlahnya dan seleksi dilakukan berdasarkan pendaftar terdahulu yang didahulukan.  

Share This

Tealh tiga tahun berturut-turut setiap musim panas, pada saat tidak ada kuliah di ITB, saya berada di Universitas Osaka dalam rangka kerjasama penelitian di Laboratorium Prof. Hideaki Kasai. Pada tahun 2008 inipun saya kembali berada di laboratorium tersebut. Kali ini topik yang hangat mengenai hidrogen sebagai pembawa energi (energy carrier) mewarnai kunjungan saya. Di lapangan terbang Kansai Osaka kebetulan juga dipamerkan mobil hibrid dengan gas hidrogen sebagai salah satu bahan bakarnya. Riset di laboratotium Kasai terlibat dalam penelitian dan pengembangan pencarian bahan untuk penyimpan hidrogen dan juga pengembangan sel bahan bakar (fuel cell) berbasis hidrogen. Seperti telah diketahui ada empat tantangan berkaiatan dengan hidrogen sebagai pembawa energi yaitu mengenai produksi, penyimpanan, penggunaan, dan distribusi. Laboratorium Kasai terlibat aktif dalam dua dari empat tantangan tersebut. Kesemua tantangan itu berkaitan dengan usaha agar penggunaan hidrogen itu secara ekonomis dapat dipertanggungjawabkan (murah, dan aman).  Hampir semua negara maju kini terlibat secara aktif untuk menjawab keempat tantangan tersebut dengan anggaran yang amat besar. Entah kapan tantangan itu sepenuhnya terjawab semua sehingga air (water), sebagai sumber hidrogen, dapat menggantikan minyak.

Share This