Saat-saat Terakhir

May 16, 2011

Pagi ini seorang kawan yang telah berusia 70 tahun menyampaikan perenungannya dalam beberapa hari terakhir setelah adiknya meninggal dunia. Perenungan itu dilakukannya dalam rangka mencari jawab mengapa setiap Jumat para khatib selalu mengingatkan jamaah untuk bertaqwa dan mengharap menuju alam kematian dalam keadaan sebagai seorang yang berserah diri kepada Allah swt (seorang muslim). Menurutnya, perjalanan terakhir untuk meninggalkan dunia yang fana ini akan merupakan suatu perjuangan yang amat berat. Memang hanya yang bersangkutan saja, yaitu yang dalam keadaan sakaratul maut, yang merasakan itu. Di sana ada godaan agar perjalanan hidupnya tidak ditutup dalam berserah diri. Memang ini sulit dibuktikan oleh yang masih hidup karena belum mengalami; sedangkan yang sudah mengalami sayangnya tidak ada yang pernah kembali untuk menceriterakan pengalaman yang mungkin mencekam itu. Memang ada banyak kisah seorang yang mati suri, mati yang bersifat sementara saja; sewaktu ybs pulih kembali ia berceritera segala hal yang dialaminya di alam kematian itu. Tentu yang kemudian muncul sebagai pertanyaan adalah apakah itu benar adanya? Alam selewat pintu kematian adalah salah satu contoh dari ranah keyakinan. Ranah ini tidak dapat diakses oleh siapapun; tidak ada sensor yang dapat digunakan untuk mendeteksi keberadaan alam seperti ini. Meskipun demikian manusia sungguh beruntung mempunyai fasilitas untuk dapat mempercayai keberadaan alam itu. Persoalannya adalah apakah manusia bersedia menggunakan fasilitas itu atau tidak; bersedia untuk terus mengasah fasilitas itu agar semakin sensitif dan dapat memperoleh manfaat daripadanya atau tidak. Detik-detik terakhir itu pasti akan mendatangi siapapun jika saatnya memang telah tiba; saat yang tidak dapat dipercepat atau diperlambat. Apakah saat-saat itu merupakan sesuatu yang menyenangkan atau menakutkan juga tidak dapat diketahui secara pasti jika saatnya belum tiba. Hal-hal yang seperti ini sering kali hanya relevan bagi mereka yang telah mencapai usia lanjut seperti kawan saya itu. Mereka umumnya memang berkesempatan punya waktu untuk merenung dan faktanya memang merasa detik-detik itu semakin mendekat. Setiap insan dapat mengajukan pertanyaan mengenai relevansi merenungkan saat-saat terakhir itu dengan kehidupan dunianya saat ini. Saat-saat terakhir itu faktanya tidak perlu menunggu kesenjaan usia seseorang karena ia bisa datang kapan saja dan kepada siapa saja; ia bahkan sering datang mengunjungi seseorang tanpa memberitahu terlebih dahulu. Semoga kita pergi dalam keadaan berserah diri.



Leave a Reply