Indonesia Bisa

May 28, 2011

Saya termasuk yang amat yakin bahwa masa depan bangsa Indonesia amat cemerlang. Bangsa ini mempunyai sumber daya yang luar biasa. Bahan-bahan alam yang amat berlimpah dan jumlah penduduk yang juga tidak kecil angkanya. Kombinasi keduanya, berdasar realita saat ini, jelas masih merupakan suatu potensi yang belum terkelola dan termanfaatkan dengan baik. Namun saya yakin dengan berjalannya waktu, kecerdasan bangsa ini dalam mengelola keduanya akan semakin meningkat, dan pada saatnya nanti bangsa ini akan bangkit menjadi kekuatan yang amat disegani di dunia. Memang benar bahwa jika menyaksikan realita sehari-hari saat ini harapan itu seperti sebuah mimpi di siang hari bolong, sebuah fatamorgana saja. Kecarutmarutan tersebar hampir merata, tragedi kesembronoan pengelolaan bangsa terjadi setiap hari, penderitaan anak bangsa melanda cukup masif, ketiadaan jaminan masa depan menimpa jutaan anak mudanya, dan daftar hal-hal negatif ini dapat terus diperpanjang tanpa batas. Kenyataan tersebut tidak menyurutkan sedikitpun keyakinan saya bahwa masa Indonesia sungguh amat cemerlang. Persis seperti seorang Ibu yang akan melahirkan jabang bayi. Beliau menderita dalam waktu yang panjang, 9 bulan. Penderitaan itu dari waktu ke waktu terus meningkat sampai kemudian tiba saatnya jabang bayi lahir. Lahirnya suatu bangsa atau peradaban besar nampaknya juga mirip dengan kelahiran jabang bayi, pewaris masa depan. Ada masa-masa kelam, yang dipenuhi dengan penderitaan dalam waktu yang panjang, untuk ukuran bangsa atau peradaban dapat berarti puluhan hingga ratusan tahun. Amerika Serikat bahkan masih mengalami perang saudara setelah dua abad mengumumkan kemerdekaannya terhadap penjajahan Inggris. Setiap bangsa atau peradaban mempunyai masa kejayaan dan keruntuhannya sendiri-sendiri; masa itu tidak dapat dipercepat atau ditunda sedikitpun.  Sejarah mengajarkan pula bahwa masa keemasan bangsa atau peradaban itu dipergilirkan. Kewajiban kita adalah berusaha semaksimal mungkin memberi kontribusi kebajikan kemanusiaan, di mana dan kapanpun berada dalam episode sejarah bangsa. Tentu dalam rangka memaksimalkan kontribusi itu, belajar dari bangsa-bangsa telah terlebih dahulu berada di puncak kesejarahannya menjadi amat penting. Indonesia dapat mengambil pelajaran, misalnya, dari bangsa Korea yang di akhir 60-an, masih sama-sama miskin dan terbelakangnya dengan Indonesia. Kini mereka telah mampu mewarnai peradaban dunia dengan karya-karyanya yang bertebaran di permukaan bumi: di mana-mana ada Samsung, LG, Hyundai, dan sebagainya. Nampaknya karakter kerja keras, cerdas, tuntas, ikhlas, dan mawas berada di balik kesuksesan mereka dalam mengelola dunia. Mari kita berlomba dalam kebajikan mengelola dunia dengan Korea. Insya Allah kita bisa!



Leave a Reply