Indonesia Yang Kuimpikan (4)

August 6, 2011

Kembali kali ini kusaksikan sidang terbuka penerimaan mahasiswa baru di ITB yang merupakan salah satu acara rutin setiap tahun. Tentu acara serupa juga terjadi diberbagai kampus di Indonesia. Setiap tahun ribuan anak bangsa memasuki jenjang perguruan atau pendidikan tinggi. Tidak dapat dipungkiri bahwa mereka semua mempunyai mimpi mengenai masa depannya, masa depan Indonesia, yang baik dan pendidikan tinggi merupakan salah satu wahana yang diyakini dapat digunakan untuk mewujudkan mimpi indah itu. Proses pendidikan formal adalah salah satu pertaruhan bagi masa depan bangsa. Tersedianya pendidikan formal yang baik dan terjangkau oleh rakyat yang paling miskin sekalipun merupakan salah satu impian hampir semua anak bangsa ini. Walaupun ukuran pendidikan formal yang baik mungkin berbeda untuk setiap orang namun ada sejumlah kata kunci yang nampaknya akan diterima oleh akal sehat setiap orang. Pendidikan yang baik seharusnya menghasilkan peserta didik dengan sejumlah karakter, kemampuan, dan ketrampilan yang pada akhirnya membawanya untuk menjadi insan yang bermanfaat bagi diri, sesama, dan lingkungannya. Bermanfaat dalam arti diri, sesama, dan lingkungannya selamat dari segala tindak dan perilaku yang bersifat merusak. Kata “merusak” memang masih memerlukan tafsir dan hal itu berarti tersedianya ruang perbedaan. Sebagai contoh apakah suatu objek pornografi itu bersifat merusak bagi peserta didik usia dewasa (misal mahasiswa)? Yang jelas pada bangsa ini pernah terjadi debat publik mengenai masalah pornografi yang cukup panjang dan melelahkan. Saya sendiri termasuk yang memilih untuk memasukkan pornografi sebagai sesuatu yang bersifat merusak. Pendidikan yang baik harus mampu menghasilkan peserta didik yang mempunyai sensitivitas (dan kemudian terdorong untuk menjauhi dan bahkan mencegah) terhadap segala sesuatu yang bersifat merusak diri, sesama dan lingkungannya. Ketidakjujuran tentu termasuk ke dalam katagori hal yang bersifat amat merusak. Karakter yang berpihak kepada kejujuran harus tertanam dengan kuat melalui proses pendidikan. Seluruh hasil proses pendidikan akan menjadi sia-sia manakala karakter kejujuran tidak terbentuk. Pembentukan karakter ini tentu tidak dapat sepenuhnya dibebankan kepada pendidikan formal saja. Lingkungan, keluarga dan masyarakat, harus juga turut bertanggung jawab bagi terbentuknya karakter yang amat penting ini. Indonesia yang saya impikan adalah negara yang dibangun oleh sistem dan manusia yang sangat menjunjung tinggi nilai-nilai kejujuran.  Sistem yang akan menyebabkan ketidakjujuran menjadi sangat sulit untuk diwujudkan. Manusia Indonesia akan sangat malu dan sangat sulit melakukan ketidakjujuran betapapun kondisi sosial dan ekonominya. Kejujuran menjadi harga diri manusia Indonesia. Dengan kejujuran itu mereka dapat melihat secara jelas hak dan tanggung jawab sosialnya. Karena kejujuran itu pula mereka tidak berani mengambil sesuatu yang menjadi haknya. Kejujuran itu pula yang menyebabkannya dengan mudah mengakui kesalahannya seandainya itu terjadi; kejujuran pula yang akan menyebabkan sangat sulit melakukan kesalahan secara sengaja. Pribadi-pribadi dengan karakter yang mempunyai integritas kuat adalah hasil atau konsekuensi logis dari hidupnya nilai-nilai kejujuran dalam masyarakatnya. Kejujuran adalah pilar utama dari perjalanan kepada kemujuran yang akan membawa kepada kemakmuran dan kesejahteraan yang berkelanjutan. Membangun masyarakat seperti itu jelas tidakmudah namun itu merupakan sebuah keniscayaan.



Leave a Reply