Indonesia Yang Kuimpikan (6)

August 17, 2011

Tadi, seperti biasanya, setiap tanggal 17 Agustus, saya menghadiri upacara peringatan hari kemerdekaan di lapangan Sabuga ITB. Hadir para mahasiswa, dosen, dan pegawai ITB. Tanpa terasa Indonesia telah memperingati hari kemerdekaannya yang ke 66 tahun. Tentu usia yang relatif muda untuk sebuah negara, walaupun tetap lebih tua di banding Malaysia atau Singapura. Mendengar dibacakannya Pembukaan UUD 1945 dan teks Proklamasi segera terbayang suasana bathin para pendiri Republik tercinta ini. Terasa ada sebuah ungkapan ketulusan, kesederhanaan, namun juga kedalaman pemikiran dan cita-cita mulia yang universal. Sungguh beruntung bangsa ini mempunyai para pendiri Republik yang sangat visioner bahkan masih terasa kuat hingga saat ini.

Adil, makmur, sejahtera, aktif turut serta menjaga perdamaian dunia merupakan sebuah ungkapan jujur dari suatu cita-cita bangsa yang telah mengalami penderitaan panjang akibat penjajahan bangsa lain. Bagi sebagian besar anak bangsa kata-kata itu masih merupakan suatu impian. Atau bahkan karena demikian beratnya beban hidup yang harus dipikulnya, mimpi atau membayangkanpun tidak sempat lagi. Ini jelas sebuah tragedi. Tidak dapat disangkal bahwa tanah air negara ini mengandung kekayaan yang luar biasa. Para pendiri telah menekankan, bahkan tertuang dalam UUD 1945, karya monumental mereka, bahwa hal-hal yang menyangkut hajat hidup orang banyak dikuasai oleh negara dan digunakan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat. Pemerintah dan lembaga negara harus benar-benar menjaga dan melaksanakan amanah  itu sebaik-baiknya. Jika dilaksanakan dengan baik, benar, dan penuh kejujuran, walaupun jumlah penduduk Indonesia mencapai ratusan juta, kesejahteraan dan kemakmuran adalah sebuah keniscayaan. Negara ini rindu dengan hadirnya para politisi negarawan, yang lebih mengutamakan kepentingan rakyat yang telah memberikan kepercayaan dibanding kepentingan dirinya. Politisi yang dapat memberikan contoh atau keteladanan kesederhanaan hidup karena memang sebagian besar rakyat yang telah mempercayainya itu masih hidup di bawah garis kemiskinan.

Kemerdekaan dicapai dengan pengorbanan yang luar biasa dari sebagian besar anak bangsa. Pengorbanan itu tidak boleh dikhianati oleh siapapun, khususnya oleh para politisi dan pucuk pimpinan penyelenggara negara. Sistem politik negara ini harus dibangun sedemikian rupa sehingga berbagai bentuk pengkhianatan terhadap cita-cita mulia kemerdekaan sulit dilakukan karena akan mendapat hukuman formal dan sosial yang keras. Saat ini sistem hukum formal nyaris ambruk karena dalam banyak kasus di lapangan ternyata keputusan hukum berpihak pada jumlah uang yang tersedia dan disediakan untuk penegak hukum. Yang belum didayagunakan secara maksimal adalah sistem hukum sosial. Moga-moga tidak perlu revolusi kedua untuk meluruskan kembali perjalanan bangsa ini agar berada di jalur yang sesuai dengan cita-cita mulia para pendiri Republik ini. Masih tersedia jalan dan waktu untuk memperbaiki keadaan saat ini dan siapapun yang peduli selalu dapat berkontribusi untuk membangun Indonesia esok yang lebih baik dari hari ini. Pemuda Indonesia siapkanlah dirimu dengan baik karena masa depan Indonesia, dan itu berarti masa depanmu sendiri, sangat tergantung dengan apa yang engkau lakukan saat ini. Aku sangat yakin kalian bisa membuat Indonesia esok lebih baik, jauh lebih baik dari apa yang telah kami lakukan untuk Indonesia hari ini.



Leave a Reply