Archive for March 23rd, 2012

Kisah Pendek dari Amsterdam

Friday, March 23rd, 2012

Kemarin pagi, Kamis 22 Maret 2012, di Amsterdam terjadi sesuatu yang menarik untuk diberi catatan dan komentar. Komputer yang mengatur perjalanan kereta api dari dan ke stasiun pusat kota Amsterdam mengalami gangguan (crash). Nampaknya, malam hari sebelumnya yaitu setelah tugas hari itu berakhir, mungkin menjelang dini hari, komputer dimatikan (shut down). Kamis pagi sewaktu komputer dihidupkan kembali, mengawali dinas rutin harian, ternyata sistem menolak untuk melakukan eksekusi. Perbaikan yang dilakukan ternyata memerlukan beberapa jam. Akibatnya sungguh luar biasa. Diperkirakan sekitar 1,5 juta penumpang rutin (commuter) yang akan bekerja terpaksa harus dengan panik mencari alat angkut pengganti. Kemacetan terjadi di mana-mana di kota Amsterdam. Saya yang kebetulan harus pergi ke Den Haag dari Amsterdam juga harus mengubah rencana, yang keinginan semula naik KA terpaksa berganti dengan mobil. Sepanjang jalan ke luar kota, terlihat antrian panjang mobil-mobil yang hendak masuk Amsterdam melalui highway. Sungguh tidak mudah mengangkut 1,5 juta penumpang dalam waktu singkat, yang semula menggunakan KA harus berganti dengan mobil. Jika setiap mobil rata-rata mengangkut 5 penumpang berarti diperlukan 300 ribu mobil dalam rentang waktu 3 jam ( 7 hingga 10 pagi, jam masuk kantor). Kereta api atau trem memang merupakan satu-satunya alternatif moda angkutan darat publik terbaik. Belanda (Eropa pada umumnya) dan juga Jepang sangat mengandalkan kereta api sebagai angkutan massal (publik) dan itu terbukti mampu mengatasi kemacetan di kota-kota besar. Trem listrik adalah pemandangan umum di dalam kota Amsterdam (mungkin juga di seluruh kota-kota besar di Belanda); jaringannya ada di mana-mana, beriringan dengan jalan mobil. Publik mempunyai alternatif moda transportasi darat yang amat memadai dan terbebas dari kemacetan. Kerugian karena kemacetan dapat diminimalisasi hingga mendekati angka nol; sungguh amat kontras jika dibandingkan dengan Jakarta atau Bandung. Sebenarnya para perencana kota jaman Belanda dulu telah mengantisipasi hal ini yaitu dengan menyediakan jaringan trem listrik di kota-kota besar di pulau Jawa (Jakarta, Surabaya, Yogya dsb). Sayangnya jaringan itu dihilangkan oleh anak bangsa sendiri, mungkin karena tekanan kuat industri mobil, khususnya Jepang di awal rezim orde baru yang haus akan modal asing. Hancurnya (atau tepatnya penghancuran) jaringan trem listrik dan juga kereta api di Indonesia merupakan salah satu tragedi dan kerugian luar biasa yang akibatnya akan terus dirasakan entah sampai kapan. Pembangunan jalan raya akan tetap merupakan usaha yang sangat mahal dan mungkin sia-sia dalam mengatasi kemacetan di kota-kota besar. Lebih dari itu, ia akan menjadi salah satu penyebab polusi udara (memang tidak secara langsung) yang akan menjadi semakin serius dari waktu ke waktu. Revitalisasi angkutan berbasis kereta api harus dilakukan, dengan biaya berapapun, jika bangsa ini ingin secara serius mulai menata kembali transportasi perkotaan yang bebas kemacetan dan nyaman. Kasus kemacetan kereta api di Amsterdam tidak perlu menjadi alasan untuk tidak menghidupkan kembali jaringan kereta api di dalam maupun antar kota di Indonesia.  Sekitar 4 jam kemudian, jaringan kereta api dari dan ke Amsterdam telah berjalan kembali dan sore hari serta hari-hari selanjutnya kemcetan di highway tidak lagi terjadi. Berbeda halnya dengan Jakarta dan Bandung, yang memang tidak mengalami kasus kemacetan kereta api beberapa jam, namun kemacetan mobil di hampir di semua ruas jalan utama menjadi kasus harian, rutin, hingga hari ini, bahkan entah sampai kapan berakhir juga tidak diketahui. Masih ragukah kita untuk menghidupkan kembali jaringan kereta api sebagai alternatif utama angkutan publik, di dalam maupun antar kota?