What is this? From this page you can use the Social Web links to save Korea Lagi to a social bookmarking site, or the E-mail form to send a link via e-mail.

Social Web

E-mail

E-mail It
March 20, 2012

Korea Lagi

Posted in: Uncategorized

Perjalanan saya keliling Korea juga tidak melewatkan kunjungan ke sejumlah situs purba mereka. Situs ini dipilih oleh Korea Tourism Organization untuk kami kunjungi tentu dengan alasan kuat. Nampaknya alasan itu adalah bahwa Korea mempunyai akar budaya tua; bangsa ini telah hadir sejak ribuan tahun yang lalu. Bangsa ini merasa perlu untuk menegaskan kembali akar budayanya kepada generasi mudanya; situs-situs yang diyakini sebagai tua dipugar kembali dan dijadikan tujuan wisata nasional, khususnya bagi pelajar-pelajar sekolah mereka. Namun situs-situs yang dibanggakan sebagai akar peradaban tua mereka tidaklah sesuatu yang spektakuler seperti halnya piramida, tembok China atau Borobudur serta Prambanan. Situs yang kami kunjungi hanyalah gundukan tanah kuburan tua, gubuk-gubuk masa lalu, dan kuil kayu sederhana. Dengan akar budaya sesederhana itu ternyata Korea dapat bangkit menjadi salah satu penguasa ekonomi dunia. Kecuali China, mengapa Mesir dan Indonesia yang mempunyai situs kuno akar budaya yang spektakuler, Piramida dan Borobudur, belum juga sanggup bangkit sebagai bangsa-bangsa modern yang perkasa? Apakah faktor tantangan alam, sebagaimana diteorikan oleh Toynbee, termasuk salah satu yang yang menjadi penyebab? Bangsa-bangsa modern yang kini perkasa hampir semuanya adalah bangsa-bangsa yang mempunyai 4 musim per tahunnya. Alam terus menerus memberi tantangan terhadap keberadaan dan keberlangsungan hidup mereka. Melalui proses ribuan tahun akhirnya mereka menjadi bangsa keras, “hard nation”, karena harus bekerja ekstra keras agar dapat terus bertahan. Ada tantangan alamiah, terus menerus tanpa henti. Mungkin bangsa-bangsa di sekitar katulistiwa yang dimanjakan alam selama ribuan tahun menjadi bangsa lembek, “soft nation”, apa saja yanmg dilempar di alam akan menjadi tanaman yang kemudian siap di makan. Tentu teori ini kini mendapat kritik karena Singapura dan Malaysia ternyata dapat berlari pula sehingga termasuk dalam katagori bangsa-bangsa maju. Memang tidak sederhana menjelaskan fenomena kebangkitan dan keruntuhan bangsa-bangsa dan peradabannya. Namun nampaknya tantangan terus menerus memang diperlukan, persis seperti seorang atlit yang perlu menempa diri terus menerus, tanpa kenal lelah jika ingin menjadi seorang atlit juara. Tantangan itu dapat saja diciptakan sendiri. Misalnya, Indonesiapun, sebagai bangsa, pernah mempunyai tantangan bersama, yaitu keinginan untuk merdeka. Melalui tantangan itu, seluruh potensi bangsa menyatu dan menjadi kekuatan luar biasa sehingga mampu membawa suku bangsa suku bangsa se-antero Nusantara bersedia dan berani mengikrarkan diri menjadi sebuah bangsa yang merdeka dan berdaulat, yaitu bangsa dan negara Indonesia. Ada sebuah mimpi, cita-cita, dan visi bersama; ada sebuah tantangan besar bersama dan itu diyakini bulat secara bersama pula. Nampaknya dalam mengarungi abad 21 ini, bangsa besar ini perlu menemukan kembali mimpi, cita-cita, visi besar bersama. Mimpi itu haruslah membumi, diyakini bersama, digerakkan bersama, atas dasar saling percaya dan kesediaan untuk saling berkorban; diyakini bahwa hasil akhirnya akan membawa kebaikan dan berkah bersama. Yang berada di depan, para pemimpin harus memberi contoh keteladan dalam keyakinan itu, khususnya dalam bekerja yang lebih keras, cerdas, tuntas, mawas dan ikhlas, berada di depan dalam berkorban. Jika syarat ini dipenuhi, Indonesia pasti bisa!


Return to: Korea Lagi