Prof. Soegijanto






         Blog about Building Physics & Acoustics

July 17, 2008

Menikmati Bunyi Asli di Usmar Ismail Hall

Filed under: Acoustics — Prof. Soegijanto @ 10:42 am

MENIKMATI BUNYI ASLI DI USMAR ISMAIL HALL

(KOMPAS, Minggu, 4 Juni 2006)

Oleh Frans Sartono & Johny TG

Usmar Ismail Hall hadir di Jakarta sebagai gedung konser merangkap gedung bioskop, dengan rancangan akustik yang representatif. Twilite Orchestra pada 18 Mei lalu menjajal gedung konser di Komplek Pusat Perfilman Haji Usmar Ismail, Jl. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, itu. Mereka tampil tanpa bantuan perangkat tata suara.

Usmar Ismail Hall yang berukuran 642 m2 dilengkapi panggung berukuran panjang 18,14 m & lebar 5,7 m, serta tinggi 0,8 m. Gedung ini berkapasitas 500 tempat duduk. Sebagai gedung bioskop, gedung dilengkapi layar berukuran (13,5 × 5,5) m2. Jika digunakan untuk konser musik, maka layar akan ditutup dengan papan tebal.

Twilite Orchestra, dengan konduktor Addie MS, memainkan Plink Plank Plunk komposisi karya Leroy Anderson yang dimainkan secara pizzicato. Ini teknik permainan biola dengan cara dipetik, bukan digesek. Suara paling lirih atau pianissimo dari komposisi itu terdengar cukup jernih. Karakter suara biolin & biola (biola I & biola II) terpisah dengan jelas.

Twilite Orchestra juga memainkan Star Wars : Main Theme dari John Williams & Mission Impossibel-nya Lalo Schiffin. Bunyi keras (fortissimo) yang keluar dari instrumen tiup logam pada 2 komposisi tersebut sampai ke telinga dengan cukup nyaman, tidak dalam kapsitas ingar atau meneror telinga. Gedung konser yang melibatkan Prof. DR. Soegijanto, Guru Besar Institut Teknologi Bandung, sebagai konsultan akustik itu mampu merespons dinamika komposisi.

Twilite Orchestra juga membawakan komposisi musik & vokal Di Sela Rumput Hijau karya Maladi yang dibawakan penyanyi sopran Rose Pandanwangi. Juga Panis Anjelicus (Cesar Franck) yang dibawakan penyanyi tenor Christopher Abimanyu. Abi sempat dehem atau membersihkan kerongkongan saat menyani dan terdengar jelas di gedung.

da Revan

Gedung konser & bioskop Usmar Ismail Hall, Kuningan, Jakarta

Waktu Dengung

Sebuah gedung konser, menurut Prof. Soegijanto, mempunyai beberapa persyaratan dan kondisi berbeda dengan gedung bioskop. Untuk mendapat suasana yang lebih hidup, suara yang datang harus memiliki waktu dengung (reverberation time) lebih lama. Waktu dengung adalah rentang waktu antara saat bunyi terdengar hingga melenyap. Untuk gedung konser, waktu dengung ideal adalah sekitar 1,6 detik.

Waktu dengung yang berlebihan akan mengakibatkan bertumbukannya antara satu not yang telah dimainkan dengan not yang sedang dimainkan. Betumbukannya dengung not-not itu akan mengganggu penikmatan hadirin dan memecah konsentrasi musisi. Usmar Ismail Hall dirancang untuk menghasilkan waktu dengung yang ideal.

Untuk itu, Usmar Ismail Hall dilengkapi reflektor. Pemantul bunyi ini dipasang pada langit-langit di atas panggung, mulai dari depan layar hingga sedikit ke depan panggung. Reflektor berfungsi sebagai pemantul suara, khususnya ke bagian paling belakang dari gedung. Reflektor terbuat dari bahan plywood setebal 2 cm.

Selain itu, medan suara harus dibuat menyebar (diffuse) secara merata. Caranya dengan membuat dinding dan langit-langit sedemikian rupa sehingga suara terpantul dan tersebar merata ke seluruh posisi penonton. Denga demikian, suara yang datang akan melingkupi pendengar atau penonton di dalam gedung tersebut.

Untuk itu, dinding Usmar Ismail Hall dirancang tidak rata layaknya dinding rumah. Ada beberapa pilihan, antara lain tampak bentuk kotak-kotak serupa prisma dengan sedikit tonjolan.

Begitu pula langit-langit gedung dibuat tidak rata, tetapi dirancang dengan model bergelombang. Rancang artistik dinding dengan bentuk prisma dan langit-langit yang menggelombang itu sudah diperhitungkan dengan kaidah-kaidah akustik.

Untuk meminimalisasi penyerapan suara, gedung tidak seluruhnya dilapisi karpet. Karpet hanya dipasang di gang tengah yang membelah gedung dan sedikit pada bagian depan panggung.

da Revan

Lantai kayu asli pada panggung (kiri) dan sambungan yang bisa dibongkar pasang (kanan).

Dinding dibuat berbentuk prisma agar suara menyebar dengan merata.

Absorbsi

Penataan sistem akustik menjadi lebih rumit karena gedung tersebut juga berfungsi sebagai gedung bioskop. Keduanya memerlukan syarat tersendiri. Untuk konser musik, idealnya diperlukan waktu dengung sekitar 1,6 detik. Sedangkan untuk gedung bioskop sekitar 1,1 detik.

“Itu memang tantangan. Kami mengatasi dengan merancang agar absobsi (penyerapan suara) bisa diubah-ubah,” ujar Soegijanto.

Pada gedung bioskop, suara yang datang memiliki waktu dengung lebih pendek dibandingkan dengan suara di gedung konser musik. Karena itu, pantulan suara harus diminimalisasi. Penyerapan suara disiasati dengan pemasangan kain tirai seberat 0,6 kg/m2.

Tirai dipasang pada dinding samping kiri dan kanan, serta dinding pada bagian belakang. Jika ditutup, tirai akan berfungsi sebagai penyeap suara dengan cara meletakkan gorden atau tirai penutup pada dinding. Itulah yang dilakukan saat memutar perdana film Inside Man karya sutradara Spike Lee seusai pergelaran Twilite Orchestra.

Untuk urusan penyerapan suara, bahan jok dan sandaran kursi harus dipilih yang tidak menyerap suara, tetapi tetap membuat penonton nyaman. Prinsipnya, dalam keadaan kosong atau diduduki, diusahakan agar tingkat penyerapan suara sama.

Rancangan akustik gedung konser juga mempertimbangkan faktor suara yang berasal dari luar gedung. Usmar Ismail Hall untungnya berjarak relatif cukup jauh dari Jl Rasuna Said yang bising pada jam-jam padat. Getaran suara dari luar gedung berpotensi masuk melalui atap, dinding, atau ventilasi yang disebut sebagai airborne noise atau bising yang merambat melalui udara.

“Untuk atap kami menggunakan logam yang disemprot dengan bahan insulasi (penahan) suara yang sekaligus merupakan insulasi panas, sehingga penggunaan AC dapat dihemat”, kata Soegijanto.

Potensi suara dari luar justru datang dari bagian belakang gedung yang merupakan lapangan sepak bola. Jika ada aktifitas di lapangan, suara gemuruh sorak berpotensi merambat ke dinding gedung. Untuk itu, dinding pada bagian belakang gedung dibuat dari bata tebal & rockwool yang meredam suara luar.

da Revan

Detil dinding yang berlobang-lobang untuk menyebarkan suara.

Utuh

Di Usmar Ismail Hall, penikmat musik kini boleh menikmati suara asli yang keluar dari instrumen. Dinamika, keras-lemahnya bunyi, akan sepenuhnya merupakan ekspresi musisi di bawah arahn konduktor. Ini berbeda jika sebuah pergelaran menggunakan perangkat tata suara yang sedikit banyak turut berperan dalam mengatur keras-lemahnya bunyi instrumen.

Musisi dan konduktor bisa berekspresi secara utuh dengan suara asli.

WPMU Theme pack by WPMU-DEV.